Sebut saja namanya bapak Mumuh Muhroni, S.Pd.I. Sebagai sarjana Pendidikan Agama Islam. Lahir di kota Sukabumi pada tanggal 29 Desember 1960. Umurnya kurang lebih 52 tahun. Telah menikah dengan seorang wanita cantik dan keibuan bernama ibu Hety Herawati. Dan juga Alloh telah memberikan anugrah kepadanya 7 orang anak. 5 lelaki sholeh, 2 perempuan sholehah. Beliau juga telah menjadi kakek bagi cucunya. Mereka menetap bersama di kampung Pasir Angin 04/03 desa Pasir Mukti, Citeureup.
Empat tahun lamanya, beliau telah mengabdi sebagai guru di SMP Negeri 2 Citeureup. Selain mengajar murid-murid SMP ini, ia juga sebagai guru qiro’at di SMPN 01 Citeureup dan MA Al-Hikmah Tajur. Masa kerjanya sebagai pegawai negri swasta selama 27 tahun 5 bulan. Di sekolah, beliau sebagai guru Agama, wali kelas VII (tepatnya kelas VII-4), sebagai Pembina OSIS, serta Pembina ekstrakurikuler di bidang kerohanian Islam (Rohis). Bapak yang berzodiak Capricorn ini, disegani dan ditakuti oleh para murid. Kedisiplinannya terlihat ketika ia selalu berangkat pagi-pagi sebelum bel berbunyi, walaupun jarak rumahnya dekat.
Pribadi yang tak pernah bosan untuk selalu mengingatkan murid-muridnya. Ketika anak melakukan kesalahan, beliau tidak pernah tidak meluruskan, membimbing dan menasihatinya. Kezuhudannya sangat terlihat. Beliau selalu mengajarkan kepada keakhiratan. Hampir tiap waktu, di sela jam istirahatnya, beliau keliling sekolah, dan selalu menegur siswa yang melakukan pelanggaran. Namun di balik ketegasannya, kadang hadir kesan bahwa beliau membatasi kebebasan ruang gerak bagi siswa untuk berkreasi. Padahal, kalau kita kembalikan pada dasar berperilaku yaitu mengacu pada keridhoan Illahi, insya Allah semuanya tetap dalam koridor yang baik.
Hal yang wajar jika beliau marah dan kecewa ketika murid tak pernah manaati peraturan dan membuat kasalahan di dalam maupun di luar sekolah. Kemarahannya itu sebenarnya sangat berguna, agar murid takut dan tidak melakukan kesalahannya. Ketika beliau ditanya oleh salah seorang murid, apakah beliau pernah memiliki rasa marah, benci bahkan kecewa terhadap murid yang kurang baik sikapnya. Pertanyaan itu membuatnya terdiam sejenak, lalu menjawab “bapak ngga pernah benci sama siapapun apalagi sama anak-anak. Karena di sekolah mereka anak bapak, kalaupun bapak marah, itu karena sayang dan rasa tanggungjawab sebagai orangtua. Bapak tidak rela anak bapak terjerumus ke jurang ketidakdisiplinan apalagi masuk jurang kemaksiatan”, jawabnya lancar seolah tak ada hambatan.
Guru pun seperti orangtua di rumah, tak menginginkan anak-anaknya sengsara dunia maupun akhirat. Maka dari itu mereka senantiasa menjadi pembimbing dan petunjuk ke jalan yang benar. Guru yang membiarkan muridnya ketika berbuat salah, termasuk guru yang zholim dan tidak punya rasa tanggung jawab.
“The best teacher is best example”. Menurut beliau, guru itu bukan hanya mampu mengajar tetapi mampu mendidik yang dapat membentuk karakter siswa-siswi yang berprestasi dan menjadi suri tauladan bagi seluruh siswa dan siswi. Jika seorang raja di sebuah istana selalu menanamkan sikap positif terhadap rakyatnya, maka senantiasa rakyatnya mengikuti sikap raja. Seorang ayah sebagai pemimpin keluarga pun tak mungkin mengajarkan anaknya mencuri walaupun mungkin ia seorang pencuri yang ulung. Orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak ingin anak-anaknya merasakan kehidupan yang pahit seperti yang dirasakan.
“Hiduplah dengan pergerak Al-Qur’an, hidup tanpa Al-Qur’an bagaikan mayat yang gentayangan”. Itulah motto hidup bapak yang selalu memakai peci ini. Tentu jelas, Al-Qur’an itu sebagai pedoman hidup ummat muslim selama di dunia. Al-Qur’an itu bagaikan skenario dalam sebuah film. Menceritakan berbagai macam cerita yang akan ditayangkan. Ummat muslim sebagai selebritis yang memainkan skenario itu. Malaikat sebagai kameraman yang merekam semua sikap, perilaku dan perbuatan kita selama memainkan skenario. Dan Alloh-lah yang menjadi sutradara yang mengatur semua jalannya cerita yang akan di tayangkan, yaitu di alam dunia.
Tentu banyak kesan yang beliau alami selama mengajar di sekolah ini. Dari yang membuatnya bangga dan mengecewakan. Bangga karena siswa memiliki banyak prestasi, kecewa karena menemukan banyak anak yang kurang disiplin. “jadilah selalu pelajar yang baik, berprestasi juga memiliki akhlakul karimah”. Itulah pesannya untuk anak-anak. Sungguh mulia. Semoga pengabdiannya selama ini dibalas oleh Alloh Yang Maha Kuasa.
Hormatilah selalu orangtua baik orangtua kandung yaitu ayah dan ibu di rumah, maupun orangtua di sekolah yaitu bapak dan ibu guru di sekolah. Buat mereka bahagia, jangan sampai air matanya jatuh karena sikap kita yamg menyakiti hatinya. Keridhoan Alloh terdapat pada keridhoan orangtua, dan jika orangtua marah Alloh pasti akan murka.
Sayangilah mereka, berterimakasihlah atas semua pengorbanannya dan meminta maaf atas semua sikap yang menyakitkan. Sebelum semuanya terlambat dan penyesalan yang datang di akhir.
Jika ingin sukses, hormati orangtua ………..
Alloohu Akbar ………………..!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Nama : Siti Nur Asiah Putri
Kelas : VIII.2 (Delapan Dua)
Alamat : Jl. Kh. Natsir Kp. Cigeger 04/05 Kec. Citeureup
Kab. Bogor
Asal Sekolah : SMPN 02 Citeureup
Posting Komentar