hanyalah sebuah halaman rumah yang berisi banyaknya ikan hias.
Wanita kelahiran 17 Agustus 1977 tersebut, telah kurang lebih 3 tahun menekuni usaha budidaya ikan hias kecil-kecilan bersama sang suami tercinta. Ya... berawal dari seorang anak kecil yang tertarik melihat banyaknya ikan yang terpajang di halaman rumah bu Maya. Dengan berbekal uang Rp. 500,00, anak itu pun nekat membeli seekor ikan kecil yang dianggapnya lucu.
Dan itulah ajaibnya berita dari mulut ke mulut. Semakin hari bertambah, maka bertambah pula anak-anak yang berkunjung ke rumah bu Maya untuk membeli ikan-ikan yang tersedia.
Saat itu, tak banyak ikan yang tersedia, bahkan lebih dominan kepada ikan lele saja. Sementara ikan hias yang terpajang rapi di dalam akuarium hanya diniatkan untuk hiburan semata.
Namun, faktanya sepasang suami-istri tersebut dapat menghasilkan kocek tambahan yang sekarang telah menjadi penghasilan utama mereka.
Tentunya mereka tak puas dengan hanya berjualan ikan hias di pedalaman desa terpencil. Akhirnya pada awal tahun 2011, bu Maya dan suami pun memberanikan diri untuk mengikuti sebuah organisasi pembudidayaan ikan hias.
Kunci sukses berhasil mereka raih pada kesempatan emas tersebut. Dengan mengikuti berbagai pelatihan dan perlombaan yang mampu menambah pengalaman serta wawasan mereka, akhirnya mereka pun bisa membuka organisasi pembudidayaan sendiri yang di ketuai oleh sang suami, Abdul Kadir.
Dan hasilnya adalah semakin banyaknya ikan hias yang menaungi rumah sederhana miliknya. Salah satu ikan hias yang mampu membawa mereka menuju keberhasilan adalah seekor ikan yang bernama black ghost. Yang kemudian di muat dalam sebuah artikel yang di perlombakan oleh bu Maya dalam ajang GKN, kemarin.
Hebatnya, artikel sederhana tersebut mampu menarik hati dewan juri, dan memilihnya sebagai salah satu pemenang yang mendapat biaya modal usaha.
Eitss... jangan salah! bukannya tanpa hambatan. Banyaknya kerugian juga kerap mereka alami. Dimulai dari kehilangan banyaknya ikan hias (karena lokasi pembudidayaan yang tergolong kecil dan berada di luar rumah), belum lagi kadang kala banyaknya ikan yang tertampung di kolam besar pun harus banyak yang mati.
Tapi... semua bisa mereka lalui dengan tawakal tentunnya! Bahkan diam-diam anak-anak dan masyarakat desa yang sering berbelanja ikan di tempat bu Maya, ternyata telah membuat lahan sendiri untuk menyimpan beragam ikan hias yang mereka miliki, tentunya mereka terinspirasi dari olah tangan bu Maya dan suami terkasih.
Kini, bu Maya tak hanya menjual beragam ikan hias saja. Tapi juga beragam perlengkapannya, seperti macam-macam obat ikan, akuarium, pompa angin, dan makanan ikan yang beragam jenisnya pun telah tersedia bagi siapapun yang ingin serius membudidayakan ikan hias yang indah di pandang.
Jika bu Maya pun bisa sukses hanya karena bisnis sederhana, mengapa kita tidak?
Nurwulandari,
SMP Bantarjati,
Klapanunggal-Bogor
Posting Komentar